Kata Febri : 5/10
Banyak kekurangan film ini seperti tokoh utama Soedjiman (Darius Sinathrya) dan Sulastri (Luna Maya), pasangan suami istri dengan nama yang “sangat Jawa” tapi sama-sama berwajah bule, bahkan jajaran pemeran pendukungnya pun demikian. Kenapa filmnya enggan memilih orang Jawa tulen guna memerankan karakter dukun
Belum lagi masalah bahasa, meski saya bukan orang jawa tulen namun sangat terasa dan gatal di kuping ketika penempatan ngoko dan kromo yang tidak pada tempatnya.
Meski begitu untuk pencahayaan dan audio sudah cukup oke, terang dan jelas.
Hal yang mencuri perhatiaan adalah si Makayla Rose Hilli sebagai Sumala dan Kumala anak 11 tahun ini tampil dengan akting mumpuni dalam peran ganda yang bertolak belakang.
Kekurangan yang cukup mencolok, terutama di bagian awal film. Alur cerita yang lambat dan kurang fokus pada pengembangan esensi horor membuat merasa bosan.Banyak momen di awal film yang tampak repetitif sehingga harus menunggu cukup lama sebelum ketegangan yang sesungguhnya dimulai. Jangan salahkan saya yang akhirnya ketiduran di akhir babak kedua, rasanya tidak perlu mengulang filmnya karena bisa dipastikan endingnya biasa saja.
Sinopsis :
Sepasang suami istri, Sulastri (Luna Maya) dan Soedjiman (Darius Sinathrya), yang telah menikah belasan tahun, tetapi belum memiliki keturunan. Sulastri sudah mencoba berbagai cara agar hamil. Namun tak kunjung berhasil. Merasa tertekan karena ancaman suaminya akan menikah lagi jika ia tak melahirkan anak, Sulastri lalu pergi ke dukun dan melakukan perjanjian dengan iblis