Review : Goedam (2020)

Kata Febri 6/10

Penasaran karena muncul sliweran di reels. Dan ternyata tidak sehoror yang dibayangkan.

Film antologi horor Korea yang terdiri dari 8 episode super pendek, masing-masing sekitar 7–10 menit, tetapi eksekusinya justru membuat serial ini terasa setengah matang. Alih-alih memberikan sensasi mencekam, banyak episodenya terasa seperti draft konsep yang belum selesai dikembangkan. Dengan durasi 7–10 menit, setiap episode sehingga tidak punya ruang untuk membangun ketegangan. Plot langsung lompat ke kejadian horor tanpa konteks memadai, membuat cerita terasa dangkal dan tidak memberikan dampak emosional. Dan hampir semua karakter muncul hanya sebagai “korban tak dikenal”. Penonton tidak diberi kesempatan mengenal mereka, sehingga tidak ada rasa takut atau simpati ketika mereka diteror. Ceritanya jadi sekadar jump scare tanpa keterikatan.

Banyak konsep yang sebenarnya bagus tentang urban legend Korea, dunia maya, CCTV, sekolah malam hari—tetapi semuanya hanya disentuh permukaannya. Potensi horornya kuat, sayangnya tidak digali. Hasilnya, cerita terasa terburu-buru dan tidak jelas tujuan akhirnya.

Sebagai antologi, kualitas setiap episode sangat tidak merata. Ada satu dua yang lumayan, tapi banyak yang terasa seperti konten horor pendek di media sosial, bukan produksi resmi yang seharusnya solid. Walaupun ada usaha untuk tampil stylish, beberapa efek CGI dan makeup terlihat kurang rapi. Alih-alih menakutkan, beberapa adegan malah terlihat janggal. Ini membuat atmosfer yang seharusnya gelap dan intens justru berkurang kekuatannya

 

Sinopsis :

Goedam adalah serial antologi horor Korea berisi 8 cerita pendek yang masing-masing menampilkan urban legend modern. Setiap episode berdiri sendiri, tetapi semuanya mengambil latar kota besar Korea pada malam hari, tempat berbagai kejadian supranatural muncul di balik rutinitas sehari-hari.

 

Serial ini mengeksplorasi berbagai kisah menyeramkan seperti:

hantu sekolah yang gentayangan di lorong gelap,

roh penasaran yang muncul lewat layar ponsel,

pengendara taksi misterius,

bayangan aneh dalam rekaman CCTV,

benda terkutuk yang menyeret manusia ke bencana

 

 

 

 

Berita terkait

Review : Frankenstein (2025)

Film Camp Sineas Jatim 2025, “Next Level Storytelling” yang Menyalakan Semangat Baru Perfilman Jawa Timur

Review : Guillermo del Toro’s Cabinet of Curiosities (2022)

Kami menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman Anda, menampilkan konten yang relevan, serta menganalisis lalu lintas situs. Dengan melanjutkan penggunaan situs ini, Anda menyetujui penggunaan cookie sesuai dengan kebijakan privasi kami. Read More