
Kata Febri : 7/10
Film ini sempat bikin kisruh karena awal judulnya "kiblat" sehingga membuat penasaran tentang isi film ini. Premis film mengangkat fenomena sosok pimpinan padepokan dengan kemampuannya yang bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Namun dibalik itu semua, sosok pimpinan sakti tersebut menyebarkan ajaran sesat dan semua warga terkena imbasnya menjadi jauh dari agama. Ide cerita yang menarik dan relate dengan kehidupan saat ini.
Untuk plotnya cukup bagus dan simpel sederhana dan lurus saja tanpa ada plot twist yang berarti, shot gambarnya juga bagus, tapi seperti banyak film Indonesia pada umumnya yakni klimaks dan penutupnya terlalu ngebut dan bahkan tidak konsisten.
Ada beberapa hal yang agak mengganggu buat saya, misalnya pada saat adegan adzan, awalnya saat salah satu protagonis adzan di masjid, semua warga desa yang pernah dibantu si dukun tiba-tiba kesakitan dan berdarah-darah namun ketika menjelang akhir malah tidak terjadi apa-apa yang akhirnya membuat si setannya bisa dikalahkan, belum lagi yang awalnya penduduk kampung yang amat setia tiba-tiba dengan mudah mau membantu.
Film ini mengajarkan pentingnya mempelajari agama di jalan yang benar, termasuk salat dan azan. Namun dari sudut pandang yang lain kadang terlalu ikut campur urusan kepercayaan orang lain itu juga tidak baik.
Sinopsis :
Ainun (Yasmin Napper) seorang remaja yang tinggal di pesantren mengagumi sosok Abah Mulya (Whani Darmawan) yang memiliki banyak kesaktian dari sebuah Padepokan. Ainun hanya dapat menyaksikan kesaktian Abah melalui televisi. Berita meninggalnya Abah Mulya diikuti pengakuan Uwak (Nassarudin) bahwa Abah Mulya adalah ayah kandungnya membuat Ainun bingung sekaligus penasaran mengenai ayah kandungnya tersebut. Ainun pun didampingi para sahabatnya, Bagas (Arbani Yasiz) dan Rini (Ria Ricis), Ainun datang ke Padepokan Abah Mulya untuk bertakziah.