KATAMEREKA: SURABAYA, Hari Anak Nasional (HAN) 2025 di Surabaya menjadi momen istimewa. Bukan sekadar perayaan biasa, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menggelar Festival Anak Indonesia Hebat di Lagoon Avenue Mall Sungkono. Acara yang dihelat pada Selasa, 19 Agustus 2025 ini, bukan hanya ajang pamer bakat, tetapi juga panggung nyata bagi anak-anak untuk tumbuh dan menemukan potensi diri.
Secara psikologis, masa anak-anak, terutama usia Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), adalah periode emas untuk menanamkan pondasi karakter dan minat. Di sinilah, kegiatan seperti festival ini berperan penting. Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, memahami betul hal itu. Ia menjelaskan bahwa festival ini adalah wadah bagi anak-anak untuk mengasah bakat dan minat mereka melalui berbagai kegiatan, seperti permainan tradisional, mendongeng, menari, dan melukis.
“Tadi ada banyak sekali permainan, seperti permainan tradisional yang memang terkenal di Kota Surabaya. Maka saya hidupkan kembali di Festival anak ini termasuk permainan yang ada di kampung-kampung,” ungkap Wali Kota Eri.
Pengembalian permainan tradisional ini membawa pendekatan sosio-kultural yang mendalam. Di tengah gempuran gawai dan permainan digital, mengenalkan kembali permainan tradisional tidak hanya melestarikan budaya lokal, tetapi juga mengajarkan anak-anak nilai-nilai sosial seperti kerjasama, kesabaran, dan kreativitas yang sering hilang dalam permainan modern. Ini adalah cara cerdas untuk membangun karakter anak yang berakar pada budaya bangsanya.
Tak hanya di mall, Pemkot Surabaya juga memperluas kesempatan dengan program Corporate Social Responsibility (CSR). Sebanyak 100 anak usia PAUD dari berbagai wilayah berkesempatan mengunjungi KidZania.
Wali Kota Eri menekankan pentingnya tempat ini dalam membantu anak-anak mengeksplorasi cita-cita mereka. “Kalau ada anak yang ingin jadi pilot, ingin jadi pemadam kebakaran, ingin jadi dokter. Di sini ada tempat-tempat yang di mana mereka bisa menjadi seperti itu,” jelasnya.
Dari sisi psikologi perkembangan, memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk “bermain peran” dan mencoba berbagai profesi di lingkungan yang aman dan terstruktur seperti KidZania sangat penting. Hal ini tidak hanya memicu imajinasi mereka, tetapi juga membantu mereka memahami dunia orang dewasa dan mulai memikirkan masa depan mereka secara konkret. Ini adalah langkah proaktif dalam menumbuhkan ambisi dan kepercayaan diri sejak usia dini.
Komitmen Pemkot Surabaya tidak berhenti di festival. Wali Kota Eri menegaskan bahwa pendidikan di Surabaya berfokus pada pendekatan holistik, tidak hanya akademik tetapi juga non-akademik. Program ini sudah berjalan sejak 2022.
“Setelah jam 12.00 WIB pelajaran selesai, maka setelah jam 12.00 WIB sampai jam 2.00 WIB itu adalah kegiatan untuk mengasah bakat dan minat. Ada yang membatik, ada yang ikut silat, dan macam-macam,” terangnya.
Pendekatan ini sejalan dengan teori psikologi modern yang menyatakan bahwa kecerdasan tidak hanya diukur dari kemampuan akademis. Setiap anak memiliki kelebihan unik, entah itu di bidang seni, olahraga, atau bakat lainnya. Mengembangkan potensi ini sejak dini adalah kunci keberhasilan di masa depan. Yusuf Masruh, Kepala Dinas Pendidikan Surabaya, juga senada. Ia berharap festival ini dapat mengenalkan bakat anak-anak sejak dini sebagai bekal untuk masa depan.
“Harapannya, mulai dini anak-anak sudah mulai dikenalkan dengan talenta dan minat bakatnya, juga termasuk pembentukan karakternya,” pungkas Yusuf.
Dengan festival dan program berkelanjutan ini, Surabaya bukan hanya sekadar kota metropolitan. Ia menjelma menjadi “Kota Anak” yang benar-benar peduli pada masa depan generasi penerusnya, memberikan ruang yang aman dan inspiratif bagi setiap anak untuk menemukan jalannya masing-masing.