KATA MEREKA: SURABAYA, Dunia kopi kembali digegerkan setelah sebuah biji kopi dari proses lelang di Dubai berhasil memecahkan rekor sebagai kopi termahal di dunia, mencapai harga fantastis hingga belasan juta rupiah per cangkir. Meskipun terjadi di kancah internasional, tren ini berdampak pada pergeseran fokus bisnis kopi di Indonesia.
Fenomena ini semakin menegaskan bahwa pasar kopi saat ini sangat menghargai kualitas, proses, dan cerita di balik biji kopi, yang dikenal dengan istilah Specialty Coffee. Di Indonesia, alih-alih ikut-ikutan harga ekstrem, para petani dan roaster lokal memilih fokus pada peningkatan kualitas dan transparansi proses dari hulu ke hilir.
Andi Wijaya, Ketua Asosiasi Kopi Specialty Indonesia (AKSI), menyatakan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat Specialty Coffee dunia tanpa harus terobsesi pada rekor harga.
“Rekor harga di Dubai adalah bukti bahwa kualitas luar biasa akan selalu dihargai. Namun, fokus utama kita di Indonesia adalah bagaimana kita bisa terus meningkatkan kualitas biji kopi dari berbagai daerah, mulai dari Gayo, Flores, hingga Toraja, untuk memenuhi standar Specialty Coffee global secara konsisten. Kami mendorong petani untuk menerapkan praktik pascapanen yang inovatif dan etis. Dengan begitu, kita bisa mendapatkan harga premium yang berkelanjutan bagi petani, bukan hanya sekadar harga ‘viral’. Konsumen kini mencari traceability (ketertelusuran) dan cerita otentik dari setiap tegukan kopi mereka,” jelas Andi.
Peningkatan kesadaran konsumen terhadap kualitas ini memicu menjamurnya kedai kopi lokal yang menawarkan single origin dan teknik seduh yang beragam, menjadikan pengalaman minum kopi sebagai bagian integral dari gaya hidup modern.
