Kata Febri 7/10
Pertama nonton sih wah ini film asik juga mempertanyakan Eropa dream dengan ala Borat, namun perlahan tapi pasti film ini berubah menjadi gila penuh kematian. Film horor Prancis tahun 2013 yang disutradarai, ditulis, dan dibintangi oleh Rafaël Cherkaski. Ini bukan horor hantu atau monster; ini horor nyata tentang bagaimana mimpi bisa berubah menjadi mimpi buruk yang paling gelap dalam diri manusia.
Yang membuat Descent into Darkness begitu menonjol di antara lautan film found footage yang sering kali klise? Adalah transisinya yang masterful. Ini bukan lompatan mendadak ke kekacauan, degradasi Sorgoi dibangun seperti tangga menuju neraka yang licin. Awalnya, film ini lucu dan relatable, siapa yang belum pernah kesal karena taksi overcharge atau hotel murahan yang bau? Tapi saat menit-menit berlalu, tawa berubah menjadi ketidaknyamanan, lalu ketakutan murni. Akan ikut merasakan empati yang tumbuh, lalu hancur, saat Sorgoi mulai melakukan hal-hal yang tak terbayangkan: seperti pencurian kecil, pengembaraan malam, hingga tindakan kekerasan yang gelap dan disturbing.
Performansi Cherkaski yang luar biasa. Sebagai sutradara, penulis, dan aktor utama, dia melakukan “masokisme tingkat dewa” dengan memerankan degradasi dirinya sendiri dari senyum tulus menjadi ekspresi kegilaan yang menyeramkan. Akhirnya ikut merasa khawatir. Dari aksen Timur Eropa yang kental hingga transisi bahasa yang rusak (dari Prancis ke gumaman primitif), Cherkaski menangkap esensi “descent into madness” dengan autentisitas yang membuat penonton merasa bersalah sebagai saksi bisu. Ini seperti menonton diary pribadi seseorang yang hancur, dan tak bisa berpaling.
Secara teknis, film ini pintar dalam penggunaan found footage. Kamera goyang tapi stabil di awal, menciptakan ilusi rekaman amatir yang meyakinkan, sebelum kualitasnya memburuk yang mungkin memang sengaja untuk mencerminkan kehancuran Sorgoi. Soundtrack mulai ceria dengan lagu-lagu pop Eropa, lalu bergeser ke nada gelap dan minimalis, di mana suara napas berat dan jeritan samar menjadi elemen horor utama. Paris digambarkan bukan sebagai kota cinta, tapi sebagai labirin kejam yang dingin, penuh sampah dan bayangan mungkin sebagai kritik halus terhadap xenofobia dan ketidakpedulian sosial.
ini adalah rekomendasi wajib bagi penggemar found footage seperti REC, tapi dengan rasa Prancis yang pahit dan gelap
Sinopsis :
Sorgoi Prakov, jurnalis dari Eropa Timur, datang ke Paris untuk merekam dokumenter tentang “impian Eropa”. Awalnya ceria dan penuh harapan, ia kehilangan uang, dikhianati teman, dan terjerumus dalam kemiskinan serta alkohol. Kamera terus merekam saat ia perlahan kehilangan akal sehatnya , dari pencurian kecil hingga tindakan kekerasan mengerikan dalam spiral kegilaan yang tak terhentikan.