KATAMEREKA: JAKARTA, Rupiah kembali menunjukkan taringnya di pasar valuta asing. Pada pembukaan perdagangan Selasa (2/12/2025), mata uang Garuda dibuka di level Rp16.635 per dolar AS berdasarkan data Bloomberg sebagai sebuah sinyal bahwa pasar sedang memberikan sentimen positif bagi Indonesia.
Menariknya, di antara deretan mata uang Asia, peso Filipina menjadi jawara penguatan dengan kenaikan 0,30 persen. Rupiah mengekor di posisi kedua dengan penguatan 0,20 persen, disusul ringgit Malaysia yang merangkak tipis 0,03 persen. Sementara itu, indeks dolar AS mandek di level 99,41, tidak bergerak dari hari sebelumnya.
Menurut Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuabi, penguatan rupiah kali ini bukan kebetulan. Ada dorongan simultan dari faktor eksternal dan internal.
Dari luar negeri, pasar bereaksi terhadap pernyataan Menteri Keuangan AS Scott Bessent yang mengisyaratkan Presiden Donald Trump kemungkinan besar akan mengumumkan kandidat pilihannya sebelum Natal. Pernyataan ini membuat pelaku pasar menahan diri sehingga tekanan terhadap mata uang berkembang, termasuk rupiah, berkurang.
Dari dalam negeri, rupiah mendapat amunisi tambahan berkat rilis terbaru S&P Global yang menunjukkan aktivitas manufaktur Indonesia pada November 2025 kembali meningkat.
Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia naik ke level 53,3, lebih tinggi dari bulan sebelumnya (51,2). Kinerja ini bahkan melampaui capaian September (50,4), meski masih di bawah ekspansi Agustus (51,5).
Lonjakan ini dipicu oleh peningkatan volume output dan pesanan baru, terutama dari pasar domestik. Meski permintaan ekspor sedikit melemah, perbaikan permintaan dalam negeri membuat pelaku industri menambah tenaga kerja dan meningkatkan aktivitas pembelian.
“Perbaikan permintaan secara keseluruhan mendorong kebutuhan tenaga kerja dan aktivitas pembelian,” ujar Ibrahim.