KATA MEREKA: SURABAYA, Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern dan banjir informasi digital, isu kesehatan mental dan burnout telah mendorong tren Mindfulness dan Digital Detox menjadi kebutuhan mendesak, bukan lagi sekadar pilihan gaya hidup.
Tren ini berfokus pada upaya sadar untuk hadir sepenuhnya di momen saat ini (mindfulness) dan membatasi paparan berlebihan terhadap layar gadget (digital detox). Aplikasi meditasi dan journaling mengalami peningkatan pengguna yang signifikan, sementara banyak tempat wisata dan retret menawarkan paket digital-free untuk penyembuhan mental.
Psikolog Klinis, Siska Devi, M.Psi., menegaskan bahwa fenomena ini merupakan respons alami masyarakat terhadap overload digital yang mengancam keseimbangan hidup.
“Kita hidup di era always-on, dan otak kita tidak didesain untuk menerima notifikasi tanpa henti. Burnout dan kecemasan adalah konsekuensi. Rutin melakukan Digital Detox bahkan hanya 30 menit sebelum tidur sangat krusial untuk memulihkan fungsi kognitif dan meningkatkan kualitas tidur. Sementara itu, Mindfulness membantu kita mengelola stres dengan lebih baik, mengajarkan kita untuk mengamati pikiran tanpa menghakiminya. Ini adalah bentuk self-care paling fundamental yang harus diintegrasikan ke dalam rutinitas harian, bukan sekadar gaya-gayaan. Perusahaan yang suportif pun mulai menyediakan ‘quiet room’ atau sesi meditasi sebagai bagian dari kesejahteraan karyawan,” jelas Siska.
Tren ini menunjukkan bahwa di tahun 2025, aset paling berharga seseorang bukanlah waktu, tetapi fokus dan ketenangan mental yang hanya bisa dicapai melalui batasan yang sehat terhadap teknologi.
