KATA MEREKA: KOTA BATU, Memasuki bulan Desember, dua kasus leptospirosis terdeteksi di Kota Batu menjelang akhir tahun 2024. Menanggapi situasi ini, Dinas Kesehatan Kota Batu segera mengambil tindakan cepat untuk menangani penyakit yang disebabkan oleh urine tikus tersebut.
Hal ini diungkapkan oleh kepqla bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit, dan Penanganan Bencana (P2P) Dinas Kesehatan Kota Batu, dr. Susana Indahwati, saat menjadi narasumber dalam sebuah talkshow pada Sabtu, 7 Desember 2024.
Menurut dr. Susana, keberadaan banyak peternakan dan lahan pertanian di Kota Batu meningkatkan risiko terjadinya kasus leptospirosis. “Meskipun risiko tersebut ada, langkah-langkah mitigasi telah dilakukan, termasuk memberikan edukasi tentang penyakit yang mungkin akan muncul saat musim hujan, termasuk leptospirosis ini,” jelas Susana.
Lebih lanjut Susana memaparkan, dinas Kesehatan juga telah melaksanakan kerja bakti untuk membersihkan lingkungan secara rutin sejak awal tahun 2024, terutama di area yang berisiko tinggi terhadap penularan penyakit ini.
Dokter umum IGD Hasna Medika Malang, dr. Realita Sari, menambahkan bahwa leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira, yang dapat menular melalui kontak dengan air atau tanah yang terkontaminasi urin hewan terinfeksi. Beberapa hewan yang membawa bakteri ini antara lain tikus, anjing, babi, kuda, dan sapi.
Risiko penularan cenderung meningkat saat musim hujan. Leptospirosis dapat diobati dengan antibiotik seperti penisilin dan doksisiklin, serta gejala awalnya bisa diatasi dengan obat pereda nyeri seperti paracetamol. Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan, mencuci tangan, dan menggunakan pelindung saat berada di area tergenang air.
Comments