KATA MEREKA: Yogyakarta, Kisah pertemuan dengan harimau di hutan Jawa Tengah dan DIY belakangan ini menghebohkan publik. Kesaksian warga yang mengaku melihat langsung predator besar tersebut memunculkan pertanyaan besar: Apakah harimau Jawa, yang selama ini dianggap punah, masih berkeliaran di pulau Jawa?
Padahal, berdasarkan catatan sejarah dan penelitian, harimau Jawa dikenal sebagai subspesies terbesar di Kepulauan Sunda. Ukuran tubuhnya yang masif, bahkan melebihi harimau Malaya, membuat keberadaan mereka begitu mengagumkan. Namun, mengapa saksi mata masa kini kerap melaporkan ukuran yang jauh lebih kecil?
Peneliti meyakini bahwa penyusutan ukuran tubuh harimau Jawa ini erat kaitannya dengan kondisi populasi yang kritis. Kelangkaan mangsa dan praktik kawin sedarah (inbreeding) di antara populasi yang sangat kecil menyebabkan penurunan keanekaragaman genetik, sehingga keturunannya cenderung berukuran lebih kecil dan rentan terhadap penyakit.
"Populasi minimal yang diperlukan untuk menjaga stabilitas genetik adalah 500 individu," ujar Sunarto, seorang ekolog satwa liar. Dengan jumlah harimau Jawa yang diperkirakan sangat sedikit, wajar jika terjadi penyusutan ukuran tubuh.
Sehingga, penemuan kembali jejak harimau Jawa menjadi sorotan penting bagi upaya konservasi satwa liar di Indonesia. Namun, tantangan yang dihadapi sangat kompleks. Perambahan hutan, perburuan liar, dan konflik antara manusia dan satwa liar menjadi ancaman utama bagi kelangsungan hidup spesies ini.
Untuk memastikan kelestarian harimau Jawa, diperlukan upaya kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan para ahli. Peningkatan pengawasan habitat, penegakan hukum terhadap pelaku perburuan, serta program edukasi untuk masyarakat menjadi langkah-langkah krusial yang harus diambil. Meskipun ukuran tubuhnya semakin mengecil, keberadaan mereka membuktikan bahwa upaya pelestarian masih relevan dan perlu terus diperjuangkan.
Comments