top of page

Menelusuri Kapsul Waktu Di Kampung Tambak Bayan


Mural di salah satu sudut kampung Tambak Bayan jelang Imlek
Mural di salah satu sudut kampung Tambak Bayan jelang Imlek

KATA MEREKA: SURABAYA, Kota pahlawan yang kaya akan sejarah, menyimpan banyak cerita menarik di setiap sudutnya. Salah satu yang patut ditelusuri adalah Kampung Tambak Bayan, terletak di Kelurahan Alun-Alun Contong, Kecamatan Bubutan. Sebagai kampung tertua di Surabaya, Tambak Bayan menjadi saksi bisu perjalanan panjang komunitas Tionghoa di kota ini.


Kampung Pecinan ini memiliki daya tarik tersendiri bagi para pengunjung. Bangunan-bangunan tua, ornamen khas Tionghoa, dan suasana yang unik membuat Tambak Bayan begitu memikat. Keberadaan kampung ini juga menjadi bukti keragaman budaya yang hidup berdampingan di Surabaya.Tambak Bayan menjadi rumah bagi komunitas Tionghoa sejak ratusan tahun lalu.


Kampung ini menyajikan gambaran kehidupan masyarakat Tionghoa di masa lalu dan menjadi bukti nyata akulturasi budaya yang terjadi di Surabaya. Berjalan-jalan di lorong-lorong sempit, melihat rumah-rumah tua, dan berinteraksi dengan warga setempat akan membawa kita pada sebuah kapsul waktu yang membawa kita kembali ke masa lalu.


Dengan 75 kepala keluarga yang telah mendiami tempat ini selama lima generasi, Tambak Bayan adalah bukti nyata bahwa sejarah tidak hanya tertulis dalam buku, tetapi juga hidup dalam setiap sudut kota.


"Pameran ini adalah upaya kami untuk menghidupkan kembali kenangan warga tentang akar budaya mereka," ungkap Seno, wakil ketua RT setempat, dengan semangat. Ia menjelaskan bahwa warga dengan antusias mengumpulkan berbagai benda bersejarah, dari peralatan dapur kuno hingga perabotan rumah tangga yang sarat makna.


Lim Kem Hu, salah seorang sesepuh kampung yang akrab disapa Pak Gepeng, menekankan pentingnya melestarikan warisan budaya. "Kami ingin generasi muda memahami dan menghargai warisan leluhur mereka di Tambak Bayan," ujarnya dengan penuh khidmat.


Sementara itu, Ang Fe Ha, warga lainnya, menjelaskan bahwa perayaan Imlek di kampung mereka bukan sekadar perayaan tahun baru. "Imlek adalah momen untuk mempererat tali silaturahmi dan berbagi kebahagiaan," tuturnya.


Meski persiapan Imlek tahun ini dihadapkan pada tantangan cuaca yang tidak menentu, semangat warga untuk merayakannya tetap membara.

Hujan rintik-rintik tak menyurutkan langkah mereka untuk mempercantik kampung dan menyiapkan pameran. Hasilnya? Sebuah perpaduan unik antara tradisi Tionghoa yang kaya dan keramahan warga setempat yang membuat siapa pun yang berkunjung merasa seperti di rumah sendiri.




1 tampilan

コメント

5つ星のうち0と評価されています。
まだ評価がありません

評価を追加

POWERED BY

citizen journalism

Kata mereka Media interaktif citizen journalism sebagai cover bothside dalam perubahan ekonomi politik bisnis lebih baik bersama komunitas.

Community :

katamereka writerhood
katamereka usc
kata logo h3
bottom of page