Kata Mereka: Surabaya - Di zaman digital yang serba cepat ini, istilah FOMO atau Fear of Missing Out menjadi sangat populer, terutama di kalangan generasi muda seperti Gen Z dan Milenial. Banyak dari kita pasti pernah merasakan sedikit kegelisahan saat melihat teman-teman kita berlibur, mencicipi makanan di restoran yang lagi hits, atau menghadiri acara yang terlihat sangat seru.
Ketakutan akan ketinggalan ini mendorong banyak orang untuk terus terhubung dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan, meskipun kadang hal tersebut tidak sesuai dengan minat atau kebutuhan pribadi mereka. Media sosial berperan besar dalam memperkuat perasaan ini, karena kita selalu disuguhkan dengan konten yang dibagikan oleh teman, influencer, dan selebriti. Hal ini membuat Gen Z dan Milenial merasa harus mengikuti tren agar tidak merasa terasing.
Namun, penting untuk menyadari bahwa FOMO bisa berdampak negatif pada kesehatan mental kita. Rasa cemas dan tidak puas sering kali muncul ketika kita merasa tidak bisa memenuhi ekspektasi sosial. Oleh karena itu, penting untuk mengelola perasaan ini agar kita tetap bisa bahagia tanpa merasa tertekan oleh apa yang orang lain lakukan.
FOMO atau Fear of Missing Out sering kali membuat kita terjebak dalam perbandingan sosial yang tidak ada habisnya. Kita jadi lebih sering melihat kehidupan orang lain di media sosial dan merasa seolah-olah mereka memiliki segalanya yang lebih baik.
Ketika kita terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain yang terlihat lebih bahagia atau sukses, hal ini bisa mengganggu rasa syukur yang seharusnya kita miliki. Akibatnya, kita bisa merasa kurang puas dengan apa yang kita miliki.
Pada akhirnya, perbandingan ini bisa mengurangi kebahagiaan kita. Alih-alih menikmati hidup kita sendiri, kita malah terjebak dalam pikiran tentang apa yang orang lain miliki, yang membuat kita lupa untuk menghargai momen-momen kecil dalam hidup kita.
Bình luận