
KATA MEREKA: SURABAYA, Para pedagang makanan di Surabaya terpaksa mengurangi keuntungan mereka akibat kenaikan harga gas elpiji 3 kilogram. Mereka khawatir jika harga makanan dinaikkan, pelanggan bisa kabur. Salah satunya adalah Umiati (55), pedagang nasi sambel di Jalan Tambaksari, yang mengaku membeli gas elpiji seharga Rp 20.000, padahal sebelumnya hanya Rp 18.000. Meskipun harga gas naik, Umiati tetap tidak ingin menaikkan harga makanannya, karena takut kehilangan pelanggan.
Pedagang bakso di Jalan Oro-oro, Mustofah (60), juga merasakan hal serupa. Di tempatnya, harga
gas elpiji bervariasi antara Rp 19.500 sampai Rp 20.000. Meskipun demikian, Mustofah memilih untuk tidak menaikkan harga baksonya yang biasanya dijual Rp 15.000, meski keuntungannya semakin menipis.
Begitu juga dengan Musrifah (38), pedagang gorengan di Jalan Pucang Anom. Ia merasa kasihan jika harga dagangannya dinaikkan, karena yang biasa membeli adalah tukang becak dan mahasiswa. Jadi, meskipun keuntungan berkurang, Musrifah tetap mempertahankan harga.
Kenaikan harga elpiji 3 kilogram ini mulai berlaku sejak 15 Januari 2025, dari yang sebelumnya Rp 16.000 menjadi Rp 18.000. Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Jatim) mengungkapkan bahwa kenaikan ini disebabkan oleh naiknya biaya distribusi gas, akibat kenaikan harga BBM. Selain itu, harga elpiji subsidi ini juga disesuaikan dengan provinsi lain di Pulau Jawa dan Bali yang sudah lebih dulu menaikkan harga.
Comments