Kata Mereka: SIDOARJO, Di balik hiruk pikuk kota Sidoarjo, ada kisah-kisah yang jarang terlihat. Salah satunya, kisah anak-anak yang tumbuh di jalanan, jauh dari kenyamanan rumah dan pendidikan yang layak.
Mereka adalah anak-anak jalanan yang sering menjadi korban eksploitasi dan hidup dalam bayang-bayang ketidakpastian. Bagi sebagian anak itu ada secercah harapan yang datang dari Save Street Child (SSC) Sidoarjo, sebuah komunitas yang berkomitmen memberi kesempatan anjal mengenyam pendidikan.
Sejak 2015, Save Street Child Sidoarjo telah mendampingi puluhan anak marjinal yang terjebak dalam kehidupan keras di jalanan. Dwi Prasetyo, pendiri Save Street Child Sidoarjo menyebutkan istilah bagi anak-anak yang mereka dampingi, yakni 'Anak Merdeka', istilah yang mencerminkan kebebasan dari kehidupan yang penuh eksploitasi.
Saat ini, ada sekitar 40 anak merdeka yang mendapat bimbingan dari komunitas ini. Kebanyakan dari mereka adalah pengemis, pengamen, atau anak-anak yang terjebak dalam lingkaran kemiskinan dan kekerasan.
Komunitas ini berfokus pada pendidikan sebagai salah satu jalan utama untuk membebaskan anak-anak jalanan dari belenggu kemiskinan. Salah satu program rutin yang dijalankan adalah Kelas Merdeka, yang diadakan setiap akhir pekan pada Sabtu dan Minggu.
Di kelas ini, anak-anak tidak hanya diajarkan pelajaran akademis, tetapi juga keterampilan hidup yang dapat membantu mereka bertahan dan berkembang.
"Save Street Child Sidoarjo adalah bagian dari gerakan Save Street Child yang dimulai pada 2011 secara nasional. Di sini, kami mencoba memberi mereka ruang untuk belajar dan meraih cita-cita mereka," kata Pras, yang akrab disapa, dengan penuh semangat.
Komunitas ini berfokus pada pendidikan sebagai salah satu jalan utama untuk membebaskan anak-anak jalanan dari belenggu kemiskinan. Salah satu program rutin yang dijalankan adalah Kelas Merdeka, yang diadakan setiap akhir pekan pada Sabtu dan Minggu.
Di kelas ini, anak-anak tidak hanya diajarkan pelajaran akademis, tetapi juga keterampilan hidup yang dapat membantu mereka bertahan dan berkembang.
Para mentor di Kelas Merdeka bukan hanya berasal dari pengurus Save Street Child Sidoarjo, tetapi juga melibatkan mahasiswa, berbagai organisasi, hingga tokoh pegiat hak anak.
Kolaborasi ini menjadi kunci agar para anak merdeka tidak hanya mendapatkan pengetahuan, tetapi juga pengalaman berharga yang bisa memperkaya kehidupan mereka.
"Ada pendekatan khusus yang kami lakukan untuk anak merdeka. Kami bujuk mereka untuk mau kembali ke sekolah," jelas Pras.
Perjalanan dalam mendampingi anak-anak jalanan tentu tidak selalu mulus. Selain tantangan finansial, pengurus Save Street Child Sidoarjo yang berjumlah 10 orang sering menghadapi tantangan emosional yang tak kalah berat. Salah satunya adalah saat anak-anak yang sudah mendapatkan pendidikan justru tiba-tiba kehilangan semangat dan enggan melanjutkan sekolah.
"Ada satu anak yang dulu kami dampingi, tiba-tiba kabur dari Sidoarjo dan kami temukan di Jombang. Setiap anak merdeka memang membutuhkan pendekatan yang berbeda. Kami sering memberikan reward and punishment agar mereka lebih disiplin dan bertanggung jawab," cerita Pras, mengenang beberapa kasus yang menguji keteguhan hati mereka.
Namun, meskipun tantangan demi tantangan datang, Pras merasa bangga melihat hasil dari pendampingan ini. Banyak dari anak-anak yang dulunya hidup di jalan kini berhasil melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, bahkan ada yang mendapat beasiswa dan menjadi pengurus di komunitas tersebut.
"Ada anak yang dulu kami dampingi sejak kecil, sekarang dia mendapat beasiswa di perguruan tinggi dan berperan aktif di komunitas kami. Itulah momen yang paling membahagiakan," kata Pras dengan penuh kebanggaan.
Tak hanya berfokus pada anak-anak, Save Street Child Sidoarjo juga menyadari pentingnya peran keluarga dalam mendukung tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, mereka juga mengadakan berbagai kegiatan edukasi dan parenting untuk orang tua, agar mereka bisa memahami bagaimana mendukung pendidikan anak dengan lebih baik.
Selain itu, mereka juga memberikan pelatihan keterampilan seperti kelas wirausaha, untuk membantu anak-anak menemukan bakat dan minat mereka, sekaligus menyiapkan mereka untuk hidup mandiri.
Dalam menjalankan program-programnya, Save Street Child Sidoarjo tidak berjalan sendiri. Komunitas ini menjalin kemitraan dengan berbagai pihak, baik itu pengusaha, organisasi, maupun lembaga pemerintah. Dinas Sosial, Dinas Pemuda dan Olahraga, DP3AKB, Badan Narkotika Nasional (BNN), dan PKK Kabupaten Sidoarjo adalah beberapa mitra yang turut mendukung gerakan ini.
"Ada support khusus untuk anak merdeka. Mereka kami bujuk agar mau sekolah. Dulu awalnya kami beri bantuan alat tulis dan kebutuhan non formal, hingga kami berhasil bermitra dengan pemerintah untuk memberikan beasiswa," kata Pras.
Kolaborasi ini penting untuk memastikan bahwa setiap anak merdeka mendapat dukungan yang holistik dan berkelanjutan.
Bagi Save Street Child Sidoarjo, setiap anak yang berhasil mengubah takdirnya adalah bukti bahwa pendidikan memang kunci untuk membuka pintu-pintu kesempatan. Melalui pendampingan yang penuh perhatian dan pendekatan yang berbasis pada cinta dan rasa hormat, komunitas ini terus berjuang agar lebih banyak lagi anak-anak yang dulunya terpinggirkan bisa meraih impian mereka.
Dengan semangat yang terus membara, Save Street Child Sidoarjo terus berupaya menjadi jembatan harapan bagi anak-anak yang sering terlupakan. Mereka percaya, pendidikan adalah kekuatan yang bisa mengubah kehidupan dan memberikan masa depan yang lebih baik bagi setiap anak.
Peran Komunitas Save Street Child yang berdampak besar bagi anak-anak jalanan ini patut menjadi teladan. Dalam waktu dekat detikJatim akan menggelar ajang penghargaan detikJatim Awards 2024. Acara ini menjadi ajang apresiasi terhadap insan, komunitas, instansi pemerintah, serta perusahaan yang memiliki peran nyata yang dirasakan masyarakat.
Comments