
KATA MEREKA: SIDOARJO, Kerajinan barongsai dan naga (liang-leong) di Sidoarjo kembali ramai menjelang Imlek 2025. Para perajin, seperti Julius Setiyawan (31), asal Desa Karangtanjung, Candi, sibuk memenuhi pesanan meskipun bahan baku semakin sulit didapat.
Menurut Julius, sejak pandemi, pesanan memang sempat menurun. Tapi, tahun lalu permintaan mulai meningkat lagi, terutama dari berbagai daerah di Jawa Timur.
“Pesanan barongsai sudah antre sejak tahun lalu, sekarang baru diproses. Untuk kepala naga (liang-leong), saya hanya buat dua tahun ini karena pembuatannya lebih rumit,” kata Julius saat ditemui di rumahnya.
Julius menjelaskan, bikin kepala naga memang butuh waktu lebih lama, sekitar dua bulan, sedangkan barongsai biasanya selesai dalam sebulan. Selain itu, bahan bakunya juga menantang. Banyak yang harus diimpor, seperti bulu, mata, jidat, dan hidung kepala naga, karena di Indonesia nggak ada yang kualitasnya sesuai.
“Bulu, misalnya, itu sangat penting dan harus impor. Di sini nggak ada yang cocok,” jelasnya.
Masalah lain adalah rotan lokal yang makin langka. Padahal, rotan ini penting banget buat bikin kerangka kepala naga dan barongsai.
“Soal harga, kepala naga lebih mahal, sekitar Rp 8 juta sampai Rp 12 juta. Kalau barongsai, sekitar Rp 4 juta sampai Rp 7 juta,” tambah Julius.
Meski banyak tantangan, Julius tetap optimis. Menurutnya, kerajinan barongsai dan kepala naga masih disukai banyak orang, terutama untuk perayaan Imlek.
“Pesanan yang terus ramai jadi bukti kalau seni ini masih dicintai. Saya berharap kerajinan barongsai di Sidoarjo terus berkembang dan jadi bagian penting dari perayaan Imlek,” tutup Julius.
Comments